7 Tantangan Menjadi Seorang Desainer Grafis, Tidak Mudah!
Bekerja dengan mengandalkan kreativitas memang terlihat menyenangkan dan bersifat dinamis sesuai dengan proyek-proyek yang berbeda setiap harinya. Bagi seorang desainer grafis, tidak ada hari yang sama dalam hal pekerjaan. Setiap hari mereka mengerjakan hal berbeda yang menuntut ide dan kreativitas baru. Meski tampak menyenangkan, nyatanya mereka juga memiliki beragam tantangan yang tidak mudah. Berikut adalah ulasannya.
Sebagai seorang desainer berpengalaman tentu berpikir bahwa mereka lebih mengetahui tentang aturan desain yang baik. Sebaliknya, pelanggan menginginkan hasil yang sesuai dengan keinginan mereka dan berpikir bahwa tugas desainer adalah melaksanakan pekerjaan sesuai instruksi. Hal inilah yang kerap menyebabkan perdebatan kecil antara desainer dan klien.
Selain itu, komunikasi secara tidak langsung juga memakan waktu yang lebih lama. Ini terjadi karena seseorang mungkin memerlukan beberapa saat untuk membalas pesan yang masuk. Tentu komunikasi jenis ini memiliki hasil yang berbeda ketika seseorang berkomunikasi secara langsung di kantor yang sama.
Kondisi ini akan meningkatkan ketatnya persaingan di antara para pekerja. Jika seorang desainer grafis tidak memiliki keunikan dan nilai jual yang bagus di mata pelanggan, keberadaannya mungkin akan terancam oleh para pendatang baru yang lebih berkompeten dan memiliki kemauan tinggi untuk terus meningkatkan kemampuan desainnya.
Demikian beberapa ulasan mengenai tantangan-tantangan yang kerap dihadapi oleh seorang desainer grafis. Apakah Anda berminat untuk menjalani profesi tersebut? Pekerjaan ini cocok untuk Anda yang menyukai tantangan, penuh ide dan kreativitas, berani bersaing karena yakin dengan kemampuan yang dimiliki, dan tertarik dengan kemajuan teknologi.
1. Kerap menghadapi creative burnout
Burnout merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kelelahan dan stres akibat tekanan pekerjaan. Bagi para pekerja yang dituntut mengeksplorasi kreativitas mereka secara berulang-ulang, creative burnout merupakan sebuah tantangan besar yang harus dihadapi. Biasanya, mereka akan menyiasatinya dengan menjalani kesibukan lain. Selain mengatasi kelelahan, aktivitas yang beragam juga diharapkan akan melahirkan ide-ide baru.2. Umpan balik yang buruk
Meski para desainer grafis bekerja dengan kreativitas, bukan berarti mereka dapat menuangkan ide-ide kreatif mereka sepenuhnya ke dalam karya. Hasil kerja mereka kerap dianggap buruk oleh klien dan mendapatkan banyak koreksi, misalnya dengan mengganti warna, menambah logo, mengubah font tulisan, dan lain sebagainya. Sering kali, permintaan revisi dari klien bertentangan dengan ide-ide mereka sebelumnya.Sebagai seorang desainer berpengalaman tentu berpikir bahwa mereka lebih mengetahui tentang aturan desain yang baik. Sebaliknya, pelanggan menginginkan hasil yang sesuai dengan keinginan mereka dan berpikir bahwa tugas desainer adalah melaksanakan pekerjaan sesuai instruksi. Hal inilah yang kerap menyebabkan perdebatan kecil antara desainer dan klien.
3. Desainer grafis dianggap pekerjaan yang mudah dan dihargai rendah
Tidak semua orang paham bahwa menciptakan sebuah karya tidak semudah melihat hasilnya. Setiap pekerja kreatif pasti pernah mengalami hal tidak menyenangkan terkait hal tersebut, yakni anggapan bahwa menggambar adalah pekerjaan yang mudah dengan bayaran yang tidak terlalu tinggi. Meski hal ini sangat menjengkelkan, seorang profesional harus mengesampingkan egonya dan menjelaskan bahwa karya seni yang baik harus dibuat dengan penuh effort.4. Tenggat waktu yang mepet
Tidak jarang seorang desainer grafis mendapatkan pesanan dengan tenggat waktu yang mepet. Bekerja dengan dikejar waktu, hal ini justru membuat fokus mereka terpecah. Keadaan mungkin makin diperburuk ketika mereka sedang sulit mendapatkan ide-ide baru. Tidak heran, jika pekerja seni sering mengorbankan waktu istirahat untuk menyelesaikan pekerjaannya agar tidak melampaui tenggat yang diberikan.5. Komunikasi tidak langsung berisiko pada kesalahpahaman
Banyak desain grafis yang bekerja dari jarak jauh melalui platform ataupun aplikasi freelance yang tersedia di internet. Hal ini memungkinkan mereka mendapatkan klien dari berbagai negara sehingga komunikasi terjadi secara tidak langsung. Ini mungkin akan berisiko pada kesalahpahaman karena faktor bahasa yang berbeda.Selain itu, komunikasi secara tidak langsung juga memakan waktu yang lebih lama. Ini terjadi karena seseorang mungkin memerlukan beberapa saat untuk membalas pesan yang masuk. Tentu komunikasi jenis ini memiliki hasil yang berbeda ketika seseorang berkomunikasi secara langsung di kantor yang sama.
6. Menuangkan banyak pemikiran dalam sebuah karya
Dalam membuat sebuah karya, sejatinya seorang desainer grafis harus bisa menuangkan banyak hasil pemikiran di dalamnya. Hasil karya harus sesuai dengan aturan dasar dalam mendesain, brief dari pelanggan, dan kreativitas yang mereka miliki. Mereka dituntut memiliki keberanian untuk mencoba pendekatan yang berbeda, memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan cepat, tetapi dengan tetap mengutamakan pentingnya melakukan pekerjaan dengan baik.7. Persaingan yang ketat
Pekerjaan yang dinamis, mengandalkan kreativitas dan penuh tantangan adalah sesuatu yang menarik bagi milenial dan generasi Z. Itulah alasan mengapa dewasa ini makin banyak orang-orang yang berminat pada industri kreatif.Kondisi ini akan meningkatkan ketatnya persaingan di antara para pekerja. Jika seorang desainer grafis tidak memiliki keunikan dan nilai jual yang bagus di mata pelanggan, keberadaannya mungkin akan terancam oleh para pendatang baru yang lebih berkompeten dan memiliki kemauan tinggi untuk terus meningkatkan kemampuan desainnya.
Demikian beberapa ulasan mengenai tantangan-tantangan yang kerap dihadapi oleh seorang desainer grafis. Apakah Anda berminat untuk menjalani profesi tersebut? Pekerjaan ini cocok untuk Anda yang menyukai tantangan, penuh ide dan kreativitas, berani bersaing karena yakin dengan kemampuan yang dimiliki, dan tertarik dengan kemajuan teknologi.